Kisah sukses TDW,Tung Desem Waringin
Pria tinggi ramping berkacamata itu melompat ke
panggung. Begitu menyapa audiens, dalam beberapa kata berikutnya seisi ruangan
mulai mabuk antusiasme. Ribuan kalimat meledak dari mulutnya, audiens berdiri,
mengangkat tangan, menyentuh pundak teman sebelah, atau melompat tinggi sambil
berteriak, seolah tersihir oleh instruksinya.
Siapa yang tak kenal
dengan Tung Desem Waringin. Lelaki berperawakan tinggi ini banyak disebut media
sebagai sang Pelatih Sukses. Selain sering tampil di setasiun televisi terkenal,
Pak Tung juga memiliki jadwal seminar yang padat. Bahkan dia menggunakan
helikopter untuk pindah dari lokasi seminar satu ke sminar berikutnya. Tercatat
dia sudah berbicara di depan 183.000 orang hanya dalam waktu 38 bulan terakhir.
Mantan pegawai BCA ini
sangat dekat dan memberikan nasehat serta membantu mengubah hidup banyak orang,
mulai dari anak petani sampai anak mantan presiden, mulai dari lulusan SD
sampai doktor, dari presiden direktur sampai seorang artis papan atas.
Ucapan terimakasih yang
tulus Dia terima karena berhasil meningkatkan penjualan mulai dari toko busana
muslim di Tanah Abang, jaringan toko handphone, bengkel mobil, bank, agen
properti dan lain-lain antara 100% hingga 200% hanya dalam waktu 6 bulan.
Sukses menerbitkan banyak
buku dengan penjualan yang fantastis. Caranya yang unik dalam promosi bukunya
selalu menyita perhatian dari banyak media. Seperti pada saat launching buku
Financial Revolutions, dengan aksi sensasionalnya menunggang kuda di sepanjang
jalan Sudirman dengan berpakaian ala Jendral Besar Sudirman sambil membawa
poster buku. Tak heran jika bukunya yang terjual 10.115 eksemplar pada
launching perdananya. Padahal cetakan pertama hanya dicetak sebanyak 10.000.
Terpaksalah 115 orang harus rela menunggu hasil cetakan kedua.
Kisah Sukses penjualan
bukunya yang demikian fenomenal membuat Museum Rekor Indonesia (MURI)
menabalkan namanya sebagai Penulis Buku Inspirasional Pertama Financial
Revolution di Indonesia yang penjualannya melebihi 10.511 exemplar pada hari pertama
peredarannya.
Kisah Perjalanan Tung Desem Waringin
Tatang Sutikno terdiam. Bisnisnya hancur, mengangakan utang. Anak ketiganya, Tung Desem Waringin, yang baru dilahirkan di Solo, 22 Desember 1967, tak mampu ia tebus dari rumah sakit. Uang sumbangan dari para saudara justru ia pakai untuk membayar utang. Selintas ia seolah ayah yang kejam. Namun, justru ia tengah memberi pelajaran pertama pada si orok. “Kita harus memegang janji. Walau tak punya uang, harus tetap bertekad membayar utang,” begitu Tung menirukan kata-kata ayahnya.
Syukur, mulai 1969 ayahnya mulai
bangkit, punya toko emas. Ketika duduk di kelas 2 SD, Tung dan kedua kakaknya
dipanggil sang ayah. “Kalau kita tak bisa jualan dengan baik, maka toko akan
tutup, lalu kalian tak bisa sekolah, dan kita semua tidak bisa makan,” begitu
pesan Tatang. Tung kecil amat sedih, membayangkan dirinya tidak makan, lalu
mati.
Sejak itulah Tung mulai tertarik pada
dunia marketing. Otaknya berpikir keras, bagaimana caranya orang bisa percaya
seumur hidup dan toko berjalan terus. Ayahnya selalu bilang, “Kamu tak boleh nipu!”
Itulah pelajaran kedua.
Jatuh-bangunnya usaha ayahnya membuat
Tung terobsesi, suatu saat harus bisa membantu toko ayahnya meraih sukses. Juga
membantu toko orang lain, agar tak terjadi hal yang sama dengannya. Itulah awal
ia memberi perhatian bagaimana membantu supaya bisnis orang lain bisa jalan.
Namun, seperti juga usaha ayahnya,
perjalanan sekolah Tung hingga kelas 2 SMA tidak mulus. Baru ketika kelas 3 SMA
ia mulai sadar karena takut enggak lulus. Ia ingat nasihat ayahnya sejak kecil,
“Kalau ingin sukses, bergaullah dengan orang sukses.” Ia pun ikut les kimia
bareng para juara I sekolah lain. Akibatnya, ia paling lemah. Gurunya gemas.
Tung terpacu, semua soal dari Skalu tahun 1965 – 1985, pelajaran kimia,
matematika, fisika, minimal sudah empat kali ia kerjakan. Karenanya, ia hafal,
dan nilai Ebtanas murninya cukup bagus.
Tung muda diterima di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, di Fakultas Ekonomi, jurusan Studi Pembangunan. Ia merasa salah jurusan, tidak happy. Lalu mendaftar ke Fakultas Hukum (FH) UNS jurusan Hukum Perdata. “Di sini saya fokus, determinasi one and only.”
Ia bertekad jadi nomor satu. Maka, ia menempel ke mahasiswa teladan. Ia dapat tiga resep. Pertama, indeks prestasi harus di atas 3. Kedua, harus aktif di lembaga kemahasiswaan agar menonjol dan sosialisasinya bagus. Ketiga, harus aktif ikut lomba karya ilmiah. Berkat tekad membara itu, berbagai gelar juara dalam perlombaan akademis berhasil diraihnya. Tak kurang 32 piagam kejuaraan ia kumpulkan, termasuk juara tenis meja dan juara panco.
Semangatnya untuk kuliah dengan baik juga ia tunjukkan. Sebelum kuliah, ia membaca empat buku acuan, padahal yang dianjurkan cukup satu buku. Saat kuliah, ia duduk di depan dan rajin bertanya. Dengan begitu dosen mengenalinya sebagai mahasiswa aktif dan pintar. Mulai semester awal nilainya sudah bagus. Kuncinya, ia adopsi dari mahasiswa teladan tahun sebelumnya, yang menyuruhnya mempelajari soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya. Dari mana ia dapat? “Dari karyawan tata usaha kampus, saya sogok makan gado-gado, ha-ha-ha ….”
Ketika tinggal skripsi, Tung menjadi salesman emas, yang ia ambil dari toko kakaknya dan dari pengusaha emas di Jakarta. Ia berkeliling dari toko ke toko, mulai dari Tayu, Jepara, Semarang, Salatiga, Ambarawa, sampai Pekalongan. Selagi asyik dengan emas, Tung terpilih jadi mahasiswa teladan UNS. Karena ia jarang kuliah, temannya menyindir, “Wah, teladan nih. Kalau semua mahasiswa meniru kamu, kampus kosong.”
Tung muda diterima di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, di Fakultas Ekonomi, jurusan Studi Pembangunan. Ia merasa salah jurusan, tidak happy. Lalu mendaftar ke Fakultas Hukum (FH) UNS jurusan Hukum Perdata. “Di sini saya fokus, determinasi one and only.”
Ia bertekad jadi nomor satu. Maka, ia menempel ke mahasiswa teladan. Ia dapat tiga resep. Pertama, indeks prestasi harus di atas 3. Kedua, harus aktif di lembaga kemahasiswaan agar menonjol dan sosialisasinya bagus. Ketiga, harus aktif ikut lomba karya ilmiah. Berkat tekad membara itu, berbagai gelar juara dalam perlombaan akademis berhasil diraihnya. Tak kurang 32 piagam kejuaraan ia kumpulkan, termasuk juara tenis meja dan juara panco.
Semangatnya untuk kuliah dengan baik juga ia tunjukkan. Sebelum kuliah, ia membaca empat buku acuan, padahal yang dianjurkan cukup satu buku. Saat kuliah, ia duduk di depan dan rajin bertanya. Dengan begitu dosen mengenalinya sebagai mahasiswa aktif dan pintar. Mulai semester awal nilainya sudah bagus. Kuncinya, ia adopsi dari mahasiswa teladan tahun sebelumnya, yang menyuruhnya mempelajari soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya. Dari mana ia dapat? “Dari karyawan tata usaha kampus, saya sogok makan gado-gado, ha-ha-ha ….”
Ketika tinggal skripsi, Tung menjadi salesman emas, yang ia ambil dari toko kakaknya dan dari pengusaha emas di Jakarta. Ia berkeliling dari toko ke toko, mulai dari Tayu, Jepara, Semarang, Salatiga, Ambarawa, sampai Pekalongan. Selagi asyik dengan emas, Tung terpilih jadi mahasiswa teladan UNS. Karena ia jarang kuliah, temannya menyindir, “Wah, teladan nih. Kalau semua mahasiswa meniru kamu, kampus kosong.”
Rahasia Tung menjadi yang terbaik
rupanya sederhana, yakni keyakinan bahwa “Suatu kejadian negatif, jika diberi
arti berbeda ,maka hasilnya jadi positif.” Ia memberi contoh, ketika ayahnya
gagal berjualan emas, ia terpacu untuk piawai berjualan. Betul juga, Tung malah
sukses menjadi salesman emas.
Lulus kuliah, begitu banyak ia mengirim
lamaran. Namun, tak satu pun yang memanggilnya. Hanya Bank Central Asia (BCA)
yang tertarik memanggilnya pada Agustus 1992. Dari 200 pelamar tersaring hanya
delapan orang. Semuanya lulusan luar negeri, kecuali Tung. Ia langsung
menjalani training di Jakarta. Di kelas, ia menonjol karena banyak bertanya,
walau tak jarang pertanyaannya terlampau awam sehingga sering ditertawai seisi
kelas. Ia tak perduli. Pada ujian minggu pertama nilainya tertinggi. Teman dan
pengajar mulai respek. Akhirnya, ia menjadi lulusan terbaik.
Ia langsung dikirim ke BCA cabang
Surabaya untuk membenahi 22 cabang pembantu (capem) yang hasil audit
operasionalnya terburuk se-Indonesia. “Saya dikirim sebagai Tung ‘Rambo’
Waringin, karena tanpa anak buah, tanpa jabatan, tanpa kewenangan, dan dijatah
dua tahun harus selesai,” kenangnya. Dengan gerak cepat, Tung cuma butuh waktu
empat bulan untuk membereskannya. “Surabaya memperoleh hasil audit terbaik di
seluruh Indonesia, dari nomor 20 ‘seketika’ jadi nomor satu.” Setelah itu
cabang Kupang dan Malang ia bereskan. “Sampai hari ini Malang masih yang
terbaik,” ungkapnya ketika ditemui awal September 2005 lalu.
Mengapa Tung begitu mudah membereskan
persoalan bisnis?
“Kuncinya, manusia bergerak karena cari
nikmat meninggalkan sengsara. Waktu saya menggerakkan manusia, peraturan
tinggallah peraturan jika tidak disertai hukuman. Aturan tanpa punishment
hanyalah imbauan.” Nah, Tung dengan keras menjaga peraturan, termasuk melakukan
denda jika suatu unit melakukan kesalahan. Denda ditanggung karyawan dan
pimpinan unitnya.
Tung bisa sehebat itu karena ia belajar
terus. Sambil menunggu penempatan, ia tinggal di Jakarta, dan minta surat izin
belajar ke divisi audit, sistem, treasury, keuangan, consumer banking, umum,
dan sebagainya. “Mungkin saya satu-satunya orang yang paling lengkap
pengetahuannya di BCA. Saya tak perlu tahu semua, yang penting saya tahu orang
yang lebih tahu.” Resep kedua, ia belajar dari cabang yang hasil auditnya
terbaik.
Ketika harus membuka cabang di Malang
Utara, ia memulai semuanya dari nol, termasuk sewa ruko untuk kantor, bahkan
karyawan. Di tangan Tung, kartu ATM bertumbuh cepat. Soalnya, ia
mengiming-imingi nasabah dengan undian berhadiah mobil dan puluhan ponsel. Ia
juga memberi uang insentif plus penyematan pin emas bertuliskan “Marketing
Champion of BCA” pada karyawan yang menjaring banyak pelanggan.
Berkat kepiawaiannya, pertumbuhan kartu
ATM di Kota Malang terbesar se-Indonesia, yakni 204.000. Selain itu, tingkat
mati mesin ATM-nya terendah se-Indonesia. Saat memimpin Cabang Utama Malang,
tahun 1998, BCA diambil alih pemerintah. Di kala semua cabang kehabisan uang,
cabang Malang justru kebanyakan uang. Deposito membanjir.
Keberhasilan demi keberhasilan di BCA
yang diraih Tung membuat 12 perusahaan mengincarnya. Ia tak terlalu tertarik.
Namun, ketika tahun 2000 ayahnya sakit dan ternyata hasil jerih payahnya hanya
cukup untuk membayar perawatan sang ayah di kelas 3 RS Mount Elizabeth, Singapura,
ia merasa sedih. Tung menangis. Akhirnya, ia mengajukan surat pengunduran diri
dari BCA Mei 2000 dan pindah ke Lippo Group.
Namun, di Lippo Shop, sebagai senior
vice president marketing, ia tak cocok dengan pimpinannya. Februari 2001 ia
mundur. Tung nekad mengikuti seminar Anthony Robbins di Singapura, meski
biayanya AS $ 10.000. Untuk membayar, tanahnya di Malang ia jual.
Suami Suryani Untoro ini memulai karier barunya dengan langkah kanan. Ia berhasil menjadi salah satu murid terbaik Anthony Robbins dan terpilih sebagai Exclusive Indonesia Anthony Robbins Authorized Consultant. Ia juga menjadi murid Robert G. Allen, pakar marketing terkemuka dunia. Bahkan menjadi Exclusive Indonesia Robert T. Kiyosaki Authorized Consultant.
Sebagai konsultan, ia pertama kali menjadi pembicara tamu acara yang diselenggarakan Columbia Elektronik dan Furnitur di Gedung Koni Jakarta. Sayangnya, sound system seminar itu seadanya dan saat ia naik pentas, AC ruangan tiba-tiba mati. Terang saja ia diteriaki sekitar 1.000 peserta dan diminta supaya turun.
Ditantangnya Columbia untuk menggelar
seminar gratis di Balai Sarbini. Gayung pun bersambut. Sekitar 4.300 orang
hadir dalam seminar itu. Dampaknya, omzet penjualan Columbia bulan berikutnya
naik 40%, bulan depannya lagi 30%.Bukan hanya jadi pembicara publik, ia juga
melayani konsultasi pribadi. Kliennya mulai dari anak petani sampai anak mantan
presiden. Berbeda dengan konsultan lain, ayah dari Tung Waldo Kamajaya (7) dan
Tung Alta Kania (4) ini “menyentuh” setiap orang dengan hati. “I do everything
untuk mengubah orang. Dalam terapi, kalau perlu, ia saya pukul.”
Ia memacu orang untuk berani melakukan
breakthrough, terobosan, baik personal maupun bisnis. Ia berhasil. Begitu
banyak orang yang tadinya takut, menjadi berani. Dalam bisnis pun orang berani
melakukan action, hingga meraih keuntungan berlipat ganda.
Tak cuma itu. Berkat “ilmu” yang
diberikannya kepada orang-orang kepercayaan perusahaan, performa bisnis banyak
perusahaan berhasil ia lipatgandakan. Memang, setelah hati dan pikiran disentuh
Tung, orang seperti tersihir, dan tergerak untuk berubah lebih baik. Kekuatan
motivasi yang dibangkitkannya mampu menyalakan keberanian seseorang untuk
melawan rasa takut terhadap apa pun.
Ratusan ribu orang telah merasakan
manfaatnya. Namun, ia lebih suka disebut pelatih sukses, karena, “Saya juga
memberi langkah-langkah menuju sukses.” Wajar kalau di sela-sela waktunya
memotivasi orang untuk sukses, ia juga dipercaya menjadi pengasuh acara “Smarth
Wealth” di radio Smart FM dan kolumnis rubrik “Road to be Wealthy” di Majalah
Warta Bisnis.
Salam Dahsyat Luar Biasa :)
0 komentar:
Posting Komentar