Menentukan PROSENTASI SAHAM atau BAGI HASIL

Itulah salah satu pertanyaan yang paling sering muncul.
Jawaban singkatnya: Tak ada patokan pasti..!
Sebaiknya tidak terburu-buru memberi saham (kepemilikan) kepada seseorang.
Biasanya pemberian saham dilakukan karena ingin mengikat seseorang yang potensial sebagai partner. Namun ada pilihan lain yaitu memberikan BAGI HASIL (Profit Sharing) terlebih dahulu, sebelum masuk ke kepemilikan (Saham).

Misalnya Anda membuka resto, kemudian ingin mengikat kokinya. Gunakan sistim bagi hasil, bukan saham. Apa bedanya? Bagi Hasil tak mengikat kepemilikan. Dia mendapat bagi hasil hanya saat bekerja disitu saja. Jika Anda tidak cocok atau si koki keluar, maka otomatis perjanjian bagi hasil tak dilanjutkan lagi.
Beda dengan saham, sekali tanda tangan di akte notaris, maka dia adalah pemilik. Meski tak bekerja lagi, tetap jadi pemilik. Jika ia meninggal, maka menjadi milik ahli warisnya. Meski demikian, ada pasal-pasal yang bisa mengecilkan (delusi) kepemilikan saham, saat terjadi penambahan modal sepihak.
Berapa persen bagi hasil yang pas? Tergantung seberapa kontribusi dia dalam perusahaan Anda dan seberapa bagus track recordnya. Jika kokinya setara Farah Quinn, bisa jadi bagi hasil ke sang koki lebih besar dari 50%. Karena bisa Buka Langsung Laris. Jika koki tak terkenal, tapi masakannya enak pol, bagi hasilnya bisa 5% - 30% dari Laba Bersih.
Ada baiknya bagi hasil tak dilakukan perbulan. Minimum per 3 bulanan (akumulasi). Menghindari bulan kerugian diantara keuntungan.
Kalau di dunia franchise, ada yang disebut Management Fee, besarannya 10 - 30 % dari Laba Bersih. Sesuai dengan namanya, Management Fee adalah fee yang diberikan atas pengelolaan penuh suatu usaha. Investor/pemilik bisnis terima bersih.
10-30% masih bergantung dari Target Laba (atau omzet) yang dicapai di bulan itu. Misalnya:
• Profit lebih dari 100 juta, mendapat 30%.
• Profit 30 – 100 juta, mendapat 20%.
• Profit kurang dari 30 juta, tak mendapat bagi hasil.
Dengan begitu pengelola (management) juga akan terpacu untuk menggenjot omzet dan laba. Gak mencapai target, ya gak dapat duit.
Perhatian: Sebagai pengelola atau 'koki', harus mendapat GAJI, diluar bagi hasil. Jika tidak, bagaimana dia bisa bertahan hidup?
Sangat berbahaya jika bagi hasil yang diberikan tanpa gaji bulanan. Jika perusahaan rugi, maka dia akan 'nyambi' cari duit diluar. Terbaik adalah ada masa percobaan (tertulis), sehingga Anda pun tak 'berjudi' saat mengambil dia. Jika sudah terbukti dengan waktu, loyalitas, attitude, dan skillnya, barulah dirundingkan untuk diberi saham (kepemilikan).
Saham bisa dibeli oleh 'si koki' dengan harga spesial dan dibayar cicil atau diberikan cuma-cuma (saham kosong).
Berapa besarannya?
Tergantung dari nilai perusahaan saat itu dan kontribusi dia selama ini dan dimasa mendatang. Kebanyakan ‘koki’ hanya bisa menjalankan usaha, tapi tak sampai ke level mengembangkan usaha. Apapun alasannya..
Patokannya?
Antara 5% - 30%, bisa juga lebih, tergantung 'siapa dia'.
Kalau si 'koki' ternyata hanya bisa mengelola 1 cabang saja, bisa jadi sahamnya adalah saham cabang, bukan saham pusat. << baca ulang 3 kali. Jika sudah memutuskan memberi saham, maka jika dia sudah tak bekerja disitu lagi, maka bagi hasil (deviden) tetap didapat.
Dengan memberi saham kepada pengelola, maka bisa membebaskan ketergantungan Anda dalam bisnis Anda. Passive Income..!
Mungkin Anda terfikir: Kalo bisa dimiliki sendiri, kenapa harus dibagi, ribet..! << Itu pilihan dan konsekuensi Anda.
Saya memilih bermitra dengan orang lain karena dapat melengkapi kekurangan yang saya miliki. Juga berjaga jika sesuatu terjadi pada diri saya, maka perusahaan akan tetap jalan.
Semakin ke belakang, biasanya semakin kecil porsi saham saya, namun semakin bebas saya bergerak.

"Lebih baik saya memiliki 1% saham dari 100 perusahaan, daripada 100% saham dari 1 perusahaan" ~ Sudwikatmono

0 komentar:

Posting Komentar