Kisah Sukses Jaya Setia Budi Pengusaha Muda Sukses

Nama Jaya Setiabudi pastilah sering didengar oleh beberapa orang. Jika itu anda maka pastilah tentang buku fenomenal miliknya. Pria kelahiran Semarang, 27 April 1973, dulunya dikenal sebagai anak yang bandel. Ia ketika masih sekolah dasar pernah hampir dikeluarkan. Lalu di SMP nya, ia pernah disumpahi oleh salah satu guru bahwa dia tidak akan pernah menjadi orang sukses. Namun ternyata sumpah itu tidak berlaku bagi hidupnya karena tekatnya yang kuat untuk menjadi bos di perusahaan sendiri.



Bagaimana ketika STM, Jaya justru semakin bandel dan sering bolos atau cabut. Perjalanan hidup berubah ketika dirinya tumbuh dewasa. Ia mulai memiliki tujuan hidup, menjadi pengusaha. Baginya ini telah menjadi keharusan baginya. Sang ayah, Untung Setiabudi, setuju dengan pilihan anaknya kini. Pengalaman ayahnya yang menjadi pegawai bank membuatnya tau betul. Ia kemudian memberikan nesehat, "Lebih baik kecil- kecil jadi bos, daripada gede- gede jadi kuli."

Karir Jaya Setiabudi


Setelah berhasil lulus dari salah satu universitas swasta di Surabaya. Dia pun mencari sumber ilmu tentu saja untuk menjadi seorang pengusaha sukses. Dipilihlah salah satu anak perusahaan milik Astra Group yang dijadikannya wadah mempelajari sirkulasi perdagangan. Bahkan dengan pede (percaya diri), saat ada tes wawancara berlangsung, Jaya Setiabudi menya­takan bahwa tujuannya bekerja adalah mencari ilmu.
Ia bahkan menyebut dengan jelas dirinya ingin menjadi pengusaha ketika itu. Posisi yang dipilih pun bukan engineer sesuai dengan studi yang ditempuh, namun technical buyer. Meski jam kantor telah usai, Jaya tetap bersemangat mengerjakan pekerjaannya. Ketika teman sekantornya masih tertidur pulas, dia mempelajari dan memahami semua tentang pekerjaan tersebut, salah satunya purchasing order.
Si atasan juga tak perlu tau apa yang dikerjakannya hingga malam hari. Jaya tak pernah mendapatkan uang lembur sama sekali. Dia akan sibuk bekerja dari Senin sampai Minggu tanpa mempedulikan besarnya gaji yang diperoleh. Kondisi seperti ini berlangsung hampir selama 1 tahun penuh tanpa libur.

Setelah dirasanya puas atas ilmu yang didapatkannya di Astra. Putra ke enam dari tujuh bersaudara ini lalu mengundurkan diri. Dia pun bersemangat untuk membuka usaha sendiri setelah kurang lebih 1 tahun 4 bulan bekerja. Bisnis pertamanya dibuka pada Agustus 1998. Jaya bermodal 4,5 juta di tangan, lalu bersama dua rekannya mencoba berbisnis Industrial Supply. "Alhamdulillah 3 bulan bangkrut," katanya. Karena kegagalan itu pula hari- harinya menjadi sulit.

Untuk makan sehari- hari, ia hanya membeli satu buah telur dari uang receh yang dulu tidak disukainya. Tapi suami dari Liana ini tetap tegar dan tak takut terjun kembali ke dunia bisnis. Dengan modal minim, Jaya mulai merangkul orang lain bekerja sama. Dia mencoba bisnis serupa bermodal kepercayaan oleh mitra barunya. Dia mulali melihat bisnisnya merangkak naik, mulai menunjukan hasil. Namun seperti pengusaha pemulai lain, bisnisnya yang terlalu cepat berekspani ke bisnis lain -membuka warung makan, desain grafis, distribusi additif (otomotif) membuatnya rugi besar ketika gagal.
"Itu semua uang sekolah saya," ucapnya tanpa beban.
Bisnis besar

Di usia bisnis ke sepuluh tahun, Momentum Group telah membawahi berbagai perusahaan aneka bidang. Ia fokus pada bidang- bidang seperti makanan, teknologi, industri, supplier, minuman, dan ratail. Lainnya, Jaya juga memiliki usaha seperti agen oli (di Jakarta) dan perusahaan training entrepreneurship.Semuanya telah dipercayakan kepada orang- orang pilihan. "Kecuali Momentum Entrepreneur Mindset (yang membidani Ecamp dan YEA), semuanya saya tidak pegang lagi”, imbuhnya. Kini jangan salah jika dia bisa hidup tenang bersama keluarga kecilnya. Itu semua karena bisnisnya telah ditangani para direksinya.



Sebagian besar perusahaannya berlokasi di Batam, karena disanalah tempat yang potensial untuk arus perdagangan baik skala nasional maupun internasional. Setelah Batam, dipilihlah Jakarta sebagai tempat kedua bisnisnya. Meski telah mencapai nilai miliaran rupiah, namun jumlah karyawan yang dipekerjakan ada sekitar 20 orang. Menurut pria yang menyukai film dan tidur, rahasia bisnisnya yaitu diferiensi yang kuat dan sistem yang handal.

Bisnisnya ditunjang kewirausahaan yang tinggi dimana prinsipnya "We Create Partners, not employees". Prinsip yang kemudian dituangkan dalam kebijakan pembagian saham kepada pegawainya, tentunya dengan syarat tertentu. Syarat yang wajib dipenuhi meliputi integritas, loyalitas, dan beberapa kriteria lain. Penerapan konsep tersebut membuat para karyawannya serasa ikut memiliki perusahaan yang dinaunginya. Hasilnya perusahaan itu terus maju dan makin berkembang. ”Saya memiliki partner-partner yang jauh lebih pandai dari saya dan bisa mengembangkan perusahaan lebih baik daripada saya sendiri”, ucapnya merendah.

Ayah dari Sarah Aulia Setiabudi dan Alfin Setiabudi ini, masih sempat membagi ilmunya. Secara aktif ia telah menjadi narasumber di beberapa radio di Batam, TV lokal dan Kolumnis di media masa, baik lokal maupun nasional selama tiga tahun terakhir. Disamping itu, Mentor terfavorit 2008 versi Entrepreneur University ini, memiliki kesibukan berbagi di lebih dari 30 kota se-Indonesia. Tidak seperti beberapa pengusaha lain, Jaya mengaku tida menyukai politik. Ia memilih menuliskan konsep pemikiran melalui media buku. Salah satunya  buku yang berjudul "The Power of Kepepet" yang menjadi motivasi banyak pengusaha muda.


Sebagai pengusaha, ia memiliki visinya sendiri yang ingin digapainya. Pertama, Jaya ingin menciptakan sejuta pengusaha sukses. Dan kedua, dia berharap bisa menjadi saluran rejeki bagi orang lain. Salah satu upaya tersebut melalui Entrepreneur Association (EA). Tujuannya adalah menciptakan pengusaha Indonesia yang bermoral dan memiliki integritas. Asosiasi ini mampu mewadahi semua lapisan pengusaha untuk andil di dalamnya. Sistemnya melalui pengelompokan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yakni starting (pemula), growing (berkembang), dan expanding (meluas)
“Saya tetap menikmati masa-masa susah waktu itu. Andaikan mengalami kegagalan lagi, saya yakin bisa bangkit kembali“, ujarnya. Jangan kaget jika kesehariannya, pria yang mengendarai Mercedes ini, hanya mengenakan t-shirt, celana jins dan bersandal ria. ”Itulah seragam kebesaran saya. Malas Jaim-jaiman”, imbuhnya. Dan ke depannya, dia masih ingin mewujudkan obsesi yang didambanya yakni menciptakan Entrepreneur Place yang kelak menjadi Pusat Study dan Pariwisata Entrepreneur terbesar sedunia.

0 komentar:

Posting Komentar